Skip to main content

BERIBADAH HAJI DITINJAU DARI ASPEK PSIKOLOGIS

 

 

Psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam individu seseorang dan unsur-unsur psikologis meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, memori, emosi, kepercayaan dan sikap atau segala hal yang berkenaan dengan kejiwaan.

Hikmah ibadah haji yang lain adalah untuk memperoleh ketenangan batin. Kita mengenal beberapa orang yang selalu stress, emosional atau tidak stabil jiwanya, ketika menuanaikan ibadah haji menjadi tenang. Siapa pun, apabila berada di dekat orang yang dikasihinya atau melindunginya akan merasa tenang.

Rukun pertama ibadah haji adalah ihram sekaligus meniatkan diri memasuki rangkaian ibadah haji. Dengan niat itu, ihram dianggap sah dalam rangka syari’at islam. Menurut imam syafi’i, niat ihram dalam haji adalah rukun yang apabila ditinggalkan dapat mengakibatkan tidak sah nya haji. Ketika seseorang menjalankan ritual haji sampai pada tempat yang ditentukan oleh nabi untuk memulai ihram (miqat makani), dia harus segera meniatkan dalam hati akan menjalankan haji. Niat di miqat makani dengan mengenakan pakaian yang serba putih menandakan dimulainya perjalanan menemui Allah SWT.

Selama menjalankan ihram, bagi laki-laki diwajibkan untuk tidak memakai penutup kepala dan pakaian berjahit dan bagi perempuan dilarang memakai perhiasan. Hikmahnya adalah upaya pelaku ibadah haji berada dalam puncak ketundukan dan kerendahan dihadapan Allah SWT. Dengan hanya berbalutkan kain tak berjahit, seorang hamba akan merasa seperti bayi yang baru dilahirkan. Pada saat itulah, kita menyadari bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang bisa kita banggakan sebagai bekal dihadapan Allah SWT, kecuali iman dan amal shaleh. Dua hal itu yang akan senantiasa melekat dalam diri kita di dunia hingga alam kubur. Jadi dengan ihram kita menetapkan diri menghadap Allah SWT dengan meninggalkan berbagai perhiasan duniawi dan mengistirahatkan diri dengan meninggalkan segala bentuk materi yang merampas kemerdekaan jati diri kita, karena secara alamiah kita memang menyukainya.

Pakaiaan apa saja, warna apa saja, dan buatan apa saja harus ditinggalkan dan diganti dengan pakaian ihram yang berwarna putih dan tidak dijahit. Hal ini melambangkan bahwa semua pakaian, termasuk di dlamnya kedudukan, status social, kekuasaan dan kehormatan harus ditinggalkan. Pakaian polos berwarna putih itu persis sama dengan pakaian yang kelak akan kita pakai saat masuk kubur meninngalkan dunia yang fana ini untuk pergi menghadap sang khalik. Pesan utama dari ihram adalah jangan terperdaya oleh dunia, jangan mengandalkan perhiasan dunia sebagai bekal utama hidup, jangan memilikisikap sombong, tinggi hati, hasud dan aneka sifat hati yang buruk. Ya, akhir dari perjalanan hidup di dunia, mau tidak mau kita hanya berhiasakan beberpa meter kain kafan, bahkan tubuh kita dikubur, semua meninggalkan kita termasuk keluarga, teman-teman, dan tetangga. Rumah yang diberikan untuk kita hanya sekitar 1×2 meter dan itu pun tidak akan lama menjadi milik kita. Kerena beberapa tahun kemudian bisa jadi aka nada orang lain yang ditempatkan di kubur kita.

Dalam haji kita tahu banyak rintangan, cobaan dan ujian baik masalah fisik maupun hati. Kesemuanya itu akan melatih kita untuk pandai menguasai diri dan mengendalikan emosi. Selain itu, ibadah haji menjadikan kita pandai melakukan muhasabah atau proses intropeksi diri. Ketika menghadapi situasi di tanah air, kita isa menjadi lebih dewasa karena pernah mengalami ujian yang lebih berat ketika di tanah suci