Skip to main content

Renungan Umrah 165

Oleh : Dwi Asmawaty, Alumni Umroh ESQ 165, ESQ Tours Travel.

Assalamualaikum Wr. Wb.
Jumat tanggal 16 Mei 2014 aku dapat email yang mengabarkan bahwa aku terpilih oleh Manajemen PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tempat aku bekerja untuk mengikuti Ibadah Umroh pada tanggal 12 Juni s/d 20 Juni 2014. Ini hadiah dari Allah SWT karena aku baru saja menunaikan Ibadah Umroh juga pada Bulan Maret 2014 bersama kedua orang tua dan putri ku tersayang.
Umroh kali ini melalui ESQ Tours, rincian kegiatan dari Manasik Umroh, berangkat dan kembali ke Tanah Air telah di kirim via email oleh Manajemen ESQ Tours, setelah membaca rincian kegiatan aku penasaran, karena umroh ku yang pertama tidak ada rincian kegiatannya. Dan bimbingan hanya diberikan pada saat Manasik dan pada saat Ibadah Umroh inti (Thawaf – Sai dan Tahalul), selain itu kami mandiri.
Manasik di Menara 165 Jakarta terasa berbeda, aku lebih menghayati lagi niat utama berumroh. Yang ku suka dan membuat aku betah di kelompok Umroh ini adalah 3S (senyum simetris; salam semut; dan sahabat sejati). Aku tidak lagi merasa sendiri ada banyak saudara ku di sini. Kami diberi satu game yang simple tapi dari situ aku dapat satu ilmu bahwa setiap saat kita harus Fokus. Karena dengan Fokus aku dapat lebih menghargai waktu sehingga tidak terbuang sia-sia dan dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Alhamdulillah, Hari Kamis Tanggal 12 Juni 2014 pesawat GA 982 mendarat di King Abdul Aziz, kami langsung menuju Kota Madinah. Satu hal lagi yang membedakan Umroh ini dengan Umroh pertama ku yaitu adanya Pemaknaan Kota Madinah. Kalau kemarin aku hanya sholat Arbain dan sholat di Raudhah sekarang aku belajar mengenai Perjuangan Rasulullah SAW dan sahabat-sahabat beliau. Betapa berat perjuangan Rasulullah sehingga kami umat Nya dapat merasakan indah dan nikmatnya Islam. Betapa sempit pikiran ku selama ini ternyata aku baru tahu seujung kuku saja tentang Islam, Astaghfirullah. Aduh air mata ini menetes tiada henti ketika membayangkan perjuangan Rasulullah SWA dan para sahabat. Ternyata hidup ku masih jauh dari kata Islami.
City Tour Madinah, Tim ESQ mengajak kami mendaki Bukit Uhud, tepatnya tempat dimana Rasulullah SAW menempatkan para pemanah untuk menghalangi musuh menyerang dari belakang, namun mereka lalai hanya karena harta rampasan perang sehingga melanggar pesan Rasulullah sehingga pasukan Muslim pun mengalami kekalahan dalam Perang Uhud ini. Lagi-lagi Kang Rasyid membuat ku terhenyak betapa besar pengorbanan Rasulullah dan para sahabat demi Islam. Airmata mulai lagi mengalir pada saat ku tolehkan kepala ke makam para syuhada uhud. Ya, Allah aku belum berbuat banyak untuk agama ku. Aku dapati lagi pelajaran dari Bukit Uhud ini, sesungguhnya kita manusia harus patuh terhadap apa yang telah diperintahkan dan jangan mudah tergiur dengan segala godaan yang akhirnya membuat kita terpuruk/terjatuh dalam kehinaan dan penyesalan.
Kami bersiap untuk melaksanakan Umroh (Thawaf – Sai – Tahalul), dengan berpakaian Ihram (putih) kami naik ke bus yang akan membawa kami ke Kota Mekah. Dalam perjalanan setelah mengambil Miqot di Masjid Bir Ali, dibahaslah mengenai Kain Ihram (dimana sebelumnya aku hanya berpikir pakai kain Ihram ya karena keharusan). Kain Ihram berwarna putih, putih artinya bersih dan suci. Bukan hanya pakaian/kain Ihram kita saja yang bersih dan suci tapi juga pikiran dan hati kita pun harus bersih dan suci. Kami dibimbing untuk Istighfar, perlahan ku pejamkan mata, Ya Allah terbayang betapa banyak dosa-dosa ku, betapa sering ku sakiti hati kedua orang tua ku, suami ku, anakku dan bahkan saudara-saudaraku baik yang ku sengaja maupun yang tidak ku sengaja. Airmata mengalir deras tanpa bisa ku bendung lagi, tubuh ini lemas seakan tiada daya…..Sepanjang perjalanan aku berdoa semoga Allah memberi aku kesempatan untuk bertobat, mohon ampunan, meminta maaf pada sesama dan memperbaiki diri. Mendekati Kota Mekah barulah kami ber Talbiyah (entah mengapa pada saat mengucap Talbiyah, hati ku bergetar, berharap dengan sangat Allah melalui malaikatNya menjawab Talbiyah ku, apakah ini karena aku telah menyadari betapa banyak kesalahan-kesalahan yang telah ku lakukan? Pada saat mengucap Talbiyah hati ini terasa bergetar). Ah, akhirnya kudapati lagi makna Kain Ihram ini… Subhanallah, aku masih diberi kesempatan untuk membersihkan hati sebelum Umroh. Alhamdulillah Thawaf – Sai – Tahalul dibawah bimbingan Muthawif dapat ku selesaikan dengan baik.
Pemaknaan Kota Mekah, sekali lagi mata ku terbuka bahwa tubuh ini bukan milik ku, semua yang ku punya bukanlah milik ku, semua adalah milik Allah SWT. Aku belajar tentang Ketaqwaan dan Keikhlasan dari Kisah Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar. Istighfar, Tasbih, Tahmid, Tahlil dan Takbir hanya itu yang bisa terucap dibibir ku sekaligus menggetarkan hati ku. Aku mohon ya Allah berilah aku kesempatan untuk bertobat dan meperbaiki diri.
Program Optional ESQ yaitu menapaktilasi perjalanan Rasulullah SAW di Jabal Noor “Gua Hira”. Pendakian ke Gua Hira bukanlah perjalanan yang mudah, meski awalnya aku sempat takabur. Tapi Allah memang Maha Pengasih dan Maha Penyayang sehingga aku segera menyadari kesalahan ku disela-sela pendakian yang melelahkan. Alhamdulillah aku segera menyadari kekhilafan ku pada saat kaki ku sudah tak kuat lagi rasanya ku gerakkan, air mata menggenang di pelupuk mata ku, air mata penyesalan atas kesombongan ku. Istighfar, Dzikir dan Shalawat tak putusnya ku ucapkan, aku terus merangkak naik, aku hampir menyerah sampai akhirnya bertemu dengan Mas Agus. Mas Agus memutuskan untuk menghentikan pendakian karena takut ketinggian. Sebenarnya aku pun takut pada ketinggian, aku coba untuk memberi semangat pada Mas Agus walaupun sesungguhnya itu untuk menyemangati diri ku sendiri untuk mengalahkan rasa takut ku. “Bukan kah rasa takut itu hanya ditujukan kepada Allah??” kata ku pada Mas Agus. Akhirnya dengan perlahan kami mulai mendaki lagi tanpa melepas Istighfar, dzikir dan sholawat. Tiba waktu Subuh kami belum mencapai Gua Hira, tapi aku putuskan sholat subuh terlebih dahulu sebelum meneruskan perjalanan. Aku berdoa mohon ampun pada Allah semoga diberikan kekuatan untuk mendaki. Selesai sholat ku tolehkan pandangan ke bawah… Subhanallah, Allah Maha Besar betapa sempurna ciptaanNya… Indah sekali pemandangan dibawah Jabal Noor. Semua indah karena Allah, aku malu karena selama ini menyisihkan Allah dalam setiap langkah dan kegiatanku. Bukankah seharusnya aku selalu melibatkan Allah dalam setiap urusan ku di dunia ini??? Tanya tanpa jawab ini membulatkan tekad ku untuk mencapai Gua Hira. Aku ingin merasakan perjuangan Rasulullah SAW dalam pendakian Jabal Noor “Gua Hira”. Setibanya di Puncak dan melihat Gua Hira, hati ku merasa puas dan lega karena aku berhasil mengalahkan diri ku sendiri (kesombongan dan ego ku) sehingga aku bisa menikmati kemenangan ku. Aku akhirnya menyadari inti dari pendakian ini adalah terlebih dahulu aku harus menetapkan Tujuan yang ingin ku capai sehingga langkah ku tidak akan goyah karena selalu termotivasi dan bersemangat. Pada saat turun tidak banyak diperlukan tenaga namun aku harus mengatur langkah agar lutut dan tumit ku tidak cidera. Kudapati lagi makna pada saat menuruni Jabal Noor, aku harus berhati-hati menjaga diri karena jika sampai out of control maka niscaya aku akan merugi. Mengendalikan hawa nafsu itu lebih susah ketimbang mengumbar hawa nafsu. Hal baik apapun yang telah ku capai harus aku pertahankan dan proses pencapaian tujuan itu dapat menjadikan benteng bagi diriku untuk selalu berpikir positif dan selalu berjuang untuk mendapat yang terbaik dalam hidup menurut tuntunan Islam.
Terakhir adalah acara di Padang Arafah, disana aku merasa sendiri, hawa panas, gelap. Berkelebat baying-bayang dosa yang telah ku perbuat. Tiba-tiba aku merinding mengingat kematian. Aku berteriak di dalam hati, Ya Allah aku belum siap untuk menghadapi maut yang menjemput. Ya, Allah ampuni aku, berilah aku kesempatan untuk bertobat, memperbaiki diri dan merubah diriku menjadi manusia yang lebih baik menjadi umat Nabi Muhammad SAW. Tangisku tak dapat lagi ku bendung, aku merasa kecil diantara lautan bintang di langit diantara ribuan pasir di Padang Arafah ini.
Timbul rasa malu pada diri sendiri, aku yang mengaku Islam, beragama Islam sejak lahir namun ternyata hidup ku jauh dari Islam. Ibadah Umroh kali ini sarat dengan makna. Betul kata Kang Rasyid sebenarnya setiap hari kita ini Umroh. Ihram artinya selalu membersihkan hati dan pikirian, Thawaf artinya berkomitmen (bersungguh-sungguh) dengan apa yang telah ditetapkan. Sai artinya pantang menyerah, yakin pertolongan Allah pasti datang, selalu berpikiran positif serta ikhlas, Tahalul artinya menyerahkan hasilnya pada Allah. Semoga Allah memberikan aku kesempatan untuk menjadi manusia yang yang lebih baik dari yang sekarang dengan mengamalkan umroh di setiap hari-hari ku. Amin yra.
Alhamdulillah atas rahmat Allah melalui PT Asuransi Jiwsraya (Persero) aku dapat menunaikan Ibadah Umroh yang penuh makna ini, Terima kasih ya buat semua saudara-saudara ku di Jiwasraya, keluarga besar yang aku dapatkan saat umroh bareng ESQ, terutama Bpk Zulfikar dan Ibu Hesty, aku belajar makna kesabaran dari kalian, Kang Afif, Kang Rasyid, Kang Ade dan Muthawif Zainuddin terima kasih banyak atas share ilmunya. Semoga Allah membalas kalian semua dengan limpahan pahala-Nya. Amin yra. Semoga kita semua menjadi manusia yang lebih baik dalam urusan dengan Allah SWT maupun dengan sesama makhlukNya. Thx ESQ telah memberi makna yang tak dapat dinilai dengan materi
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Leave a Reply