Kabah memiliki kekuatan magnetik yang sangat besar untuk menarik manusia ke medan magnetnya. Kabah menjadi setrum peribadahan sejak manusia diciptakan. Inna Awwala bathin wudhi’a lin naasilladzii bibakkah. (Sesungguhnya rumah pertama yang dibangun untuk tempat manusia beribadah adalah yang ada di Makkah) – QS. Ali Imran 96. Namun, bukanlah hal ini menunjukkan bahwa kita harus menyembah Ka’bah atau menjadikan Ka’bah sebagai “sembahan antara” kepada Allah.
Kabah terbebas dari penyembahan sedikitpun karena perintah Allah sangat jelas dan tegas. Fal ya’budu Rabba haadzaal baiti (Maka sembahlah Rabb-nya rumah ini) – QS. Quraisy 3. Yang kita sembah bukanlah Ka’bah, melainkan pemilik Allah pemilik Ka’bah.
Adapun sunnahnya ketika melihat Ka’bah maka berdoalah, Allaahumma zid haadzaal baita tasyriifan wa ta’dhiiman wa takriiman wa mahaabatan, wa zid man syarrofahu wa karromahu mimman haa jahu awi’ tamarohu tasyriifan wa ta’dhiiman wa takriman wa birro’ (Ya tambahilah keagungan, kebesaran, kemuliaan dan kehormatan Baitullah ini. Dan tambahkanlah keagungan, kemuliaan, kebesaran, dan kebaikan orang yang mengagungkan dan memuliakannya diantara mereka yang datang untuk berhaji dan berumrah dengan keagungan, kemuliaan, kebesaran, dan kebaikan) – HR. Syafi’i secara marfu.
Mengenai kedudukan Ka’bah menurut ajaran Islam, maka ada 3 hal penting yaitu pertama, Ka’bah adalah rumah pertama tempat ibadah umat manusia karena sejak zaman Nabi Adam AS, Ka’bah telah ada sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abu Umar RA bahwa ketika Nabi Adam AS diturunkan dari Surag, Allah SWT berfirman: “ Sesungguhnya Aku menurunkanmu (Adam) bersama dengan sebuah rumah atau tempat yang sekelilingnya digunakan tawaf sebagaimana juga ‘Arsy-Ku” (Menurut Haitsami, perawi hadis ini termasuk perawi yang shahih, Majmu’ Al Zawaid, 3/288).
Begitu juga dengan doa Nabi Ibrahim AS, “ Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan dari keturunanku di lembah yang tak memiliki pepohonan yaitu di sisi Rumah-Mu (Baitullah) yang suci. Pada saat itu, Nabi Ibrahim belum membangun Ka’bah.
Kedua, Ka’bah itu tempat bagi umat yang mendatanginya untuk melakukan tawaf, iktikafm dan shalat sebagaimana firman-Nya, Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang yang tawaf, itikaf, ruku dan sujud. (QS Al-Baqarah: 125). Ka’bah adalah tempat yang paling agung untuk manusia beribadah. Ia berada di masjid paling besar pahala di sisi Allah bagi yang beribadah di dalamnya, yakni Masjidil Haram.
Ketiga, Ka’bah yang berbentuk cube atau kubus persegi empat itu adalah arah atau kiblat ibadah umat. Satu arah dalam shalat di manapun kita berada. Jika tidak ada kesatuan arah dalam menyembah Allah, maka bisa saja dalam berjamaah imam menghadap kesatu arah, makmun ke arah lain. Awal kiblat adalah Ka’bah di Masjidil Haram, lalu pindah ke Baitul Maqdis di Jerussalem (Darussalam), lalu Allah pindahkan kembali ke kiblat awal yaitu Mashidil Haram.
Rasulullah SAW senantiasa berharap kiblat umat Islam adalah Ka’bah Masjidil Haram dan Allah SWT mengabulkannya. “Sesungguhnya Kami (sering) melihat wajahmu menengadahkan ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang engkau sukai. Palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram.” (QS Al-Baqarah 144)
Saatnya kini umat Islam untuk berpindah kiblat dari rumah hantu peradaban yang gelap ke rumah Allah yang penuh dengan cahaya kebahagiaan. Ka’bah adalah kiblat ibadah dan peradaban umat yang penuh dengan berkah dan rahmat Allah.
Sumber : Jurnal Haji Repulika
Judul artikel: Kedudukan Kabah dalam Ajaran Agama Islam
Oleh: Ustadz H.M. Rizal Fadillah
Umroh Haji ESQ Tours Travel