Kota Madinah adalah kota suci pilihan tuhan untuk mahluk- yang paling sempurna akhir jaman. Muhammad Saw, dialah Nabi sekaligus utusan bagi semesta alam, yang diutus untuk jin dan manusia dulu, sekarang bahkan sampai akan datang. Makah adalah tempat kelahiran dan dibesarkan, sekaligus medan perjuangan meletakkan dasar-dasar ke-imanan (akidah). Sedangkan, Kota Madinah adalah tempat hijrah. Beliau bertempat tinggal di dalamnya sampai akhir hayatnya. Sebelum Nabi menghuni Kota Madinah, kota ini dikenal oleh masyarakat Arab dengan sebutan ”Yasrib”.
Namun, seiring dengan perkembangan waktu, Nabi tidak lagi menyebut Yasrib. Tetapi menyebutnya dengan Madinah al-Munawwarah yang artinya kota yang terang benerang. Nabi Saw tidak memperkenankan para pengikut, tetangga, kerabat dan istri-istrinya menyebut ’’Kota Yasrib”. Sebab, Yasrib maknanya kurang baik. Nabi Saw. berharap agar supaya nama ’’Madinah al-Munawarah’’ mampu memberikan motifasi kepada para penghuninya.
Yasrib adalah satu-satunya kota yang dibuka oleh Nabi Saw dengan al-Qur’an, bukan dengan pedang atau peperangan. Ternyata, para penghuninya juga sopan dan santun, ramah terhadap para tamu dan pendatang. Oleh kerena itu, ketika Nabi datang memasuki kota ini, Nabi di sambut para pemuda, anak-anak, wanita sampai orang tua. Sambutan mereka begitu menyenangkan. Sambutan itu mencerminkan, bahwa mereka adalah orang-orang benar-benar baik budi pekertinya, dan sipa menerima Nabi Saw apa adanya. Sebagaimana pernah disampaikan oleh penduduk Kota Madinah ketika sedang menunaikan ibadah haji di Makkah.
Karena keramahan dan kesopanan penduduk Kota Madinah di dalam memberikan sambutan, maka Nabi memberikan julukan kepad mereka dengan ’’al-Ansor’’ yang artinya kaum penolong. Sedangkan para pendatang disebut dengan’’al-Muhajirin’’ artinya orang pendatang. Penduduk Kota Madinah menyambut Nabi dan rombongan dengan lapang dada, dan tangan terbuka, untain kata-kata indah yang tersusun rapi dalam sebuah syair tak henti-henti mengiringi Nabi Saw dan sahabat:
Mereka mnegalunkan nyayian syair sebegai bentuk kegembiraan atas kedatangan sang pemimpin akhir zaman.
Quba’ adalah tempat transit Nabi pertama kali, mereka berkumpul di Quba’, yang kemudian dibangun sebuah masjid yang dikenal dengan Masjid Quba’[1]. Masjid yang dibangun di atas landasan keimanan dan ketaqwaan berdiri kokoh ditenggah-tenggah masyarakat Quba’. Semua aktifitas Nabi, para tetangga, kerabat serta sahabatnya di mulai dan berpusat di Masjid. Masjid Quba’ menjadi pusat aktifitas, mulai urusan Ibadah, politik, ekonomi, sosial dan masyarakat. Pada hari jum’at pertama setibanya dari Makkah, Nabi menunaikan sholat berjama’ah, itulah jum’atan pertama di kota Nabi sebelum berpindah ke Nabawi.
Berdirinya Masjid Quba’ yang diikuti dengan aktifitas masyarakat serta pengikut Nabi dari Makkah, membuat sekelompok komunitas merasa iri, sehingga mereka membuat masjid tandingan. Melihat fenomena yang tidak sehat, Nabi mengajak para pengikut setianya untuk mennghancurkan masjid tandingan tersebut, agar masyarakat tidak binggung.
Kota Madinah adalah tanah haram (sacral), sebagaimana Makkah. Dalam istilah Arab, Kota Makkah dan Kota Madinah dikenal masyarakat luas dengan sebutan ‘’al-Haramain al-Syarifain’’ yang berarti dua tanah sakral (suci). Ke-Haraman Kota Madinah, merupakan permintaan Nabi Muhammad Saw, sedangkan ke-Haraman Makkah merupakan permintaan Nabi Ibrahim kholilullh a.s.
Kota pilihan Allah SWT ini ternyata udaranya sejuk dan menyejukan bagi para penghuninya. Penduduknya yang ramah, membuat setiap orang yang dan menjungjungnya betah. Kota ini menjadi tempat pertubuhan dan terjaganya iman, para malaikat menjaga di sekelilng kota Nabi dari ancaman orang-orang jahil, dan Dajjal. Dan, Kota Madinah terjaga dari penyakit yang menakutkan (wabah toun). Debu Kota Madinah bisa menjadi obat dari penyakit. Nabi memilih Madinah karena penduduknya sempat menawarkan kepada Nabi bahwa mereka akan mendukung dakwahnya.
Nabi sangat mencintai Kota Madinah, beliau tak henti-henti bermunjat kepada tuhan agar kecintaan kepada Kota Madinah sama dengan kecintaanya pada kota Makkah, bahkan lebih besar. Nabi memohon kepada-Nya, agar supaya Kota Madinah dan segala isinya menjadi berkah, seperti buah kurma ajwah. Sedangkan semua tumbuh-tumbuhan, batu, serta lukotoh, haram hukumnya untuk diambil. Semua sudut Kota Madinah dijaga oleh para malaikat, sampai-sampai Dajjal kelak tidak akan mampu memasuki kota Nabi ini. Nabi sangat menncitai kota ini, sehingga menjadi pilihan Allah SWT sebagai tempat kediaman sampai akhir hayatnya.
Di Kota Madinah ada Masjid yang sangat istimewa, yang kita kenal dengan’’Masjid al-Nabawi’’. Masjid ini dibagun atas dasar iman dan taqwa sebagaimana keterangan al-Qur’an (al-Taubat 9:108). Oleh karena itu, masjid ini menjadi lambang kebesaran islam. Dan, ini adalah masjid yang sangat besar, kokoh, penuh nilai sejarah serta barakah yang menjadi tujuan setiap orang islam dari penjuru alam semesta. Datang ke masjid ini sangat dianjurkan Nabi, dan memperoleh balasan pahala.
Di dalam Masjid terdapat taman surga yang dikenal dengan ‘’al-Roudah al-Syarifah’’. Tempat ini diibaratkan taman surga, yang akan didapati oleh setiap mukmin kelak di surga-Nya. Tidak heran, jika setiap orang berebut agar bisa sholat di dalamnya, walaupun dua rakaat, menginggat adanya teks yang sangat jelas seputar keistimewaan al-Raudhah al-Syarif. Tempat ini terletak di antara mimbar Nabi Saw dan tempat peristirahatan terakhir (makom). Sekarang ditandai dengan karpet putih, sehingga membedakan dengan tempat lainnya. Nabi Saw menuturkan:
Artinya’’ Diantara kuburanku (rumahnya) dan mimbarku adalah taman dari pertamanan surga (H.R Ahmad)
Nabi Muhammad Saw telah tiada, para pengikutnya tidak bisa melihat indah wajahnya yang penuh dengan cahaya. Banyak sudah informasi yang dituturkan para tetangga, kerabat serta sahabatnya, bahwa menatap wajah Nabi sangat meneduhkan hati. Saat ini, kita hanya bisa berusaha bagaimana kita bisa berziarah kepada baginda Nabi Saw agar supaya memperoleh safaatnya. Syeh Abu Mansur al-Bagdadi mengatakan” Nabi kita hidup setelah meninggal dunia” artinya beliau masih bisa berkomunikasi, hanya saja berbeda tempatnya.
Al-Qur’an juga memberitakan bahwa para Nabi dan utusan Allah Swt semua hidup dan menjadi saksi. Ibnu Umar menuturkan, Nabi Saw bersabda” siapa yang berziarah kepadaku, maka iak wajib memperloh pertolonganku”. Walaupun sebagian ulama’ berpendapat bahwa hadis ini lemah, tetapi tidak salah jika seorang muslim memendam rasa rindu dan cinta kepada Nabi Saw, sehingga menjadi motifasi dalam hidupnya.
Nabi memberikan kesempatan kepada para pengikutnya yang tidak pernah melihat dan bertemu dengan berziarah. Ziarah kehadirat Nabi Muhammad Saw, sama dengan ziarah semasa hidupnya. Semoga kita bisa diperkenankan bertamu kekediaman Nabi, sehingga bisa mengucapkan Salam kepada beliau dan para sahabatnya mat dalam keadaan syahid” Assaalamuaalikum ya Rosulullah”.Walaupun tidak bisa berziarah, karena keterbatasan ruang dan waktu, menitip salam kepada jama’ah haji untuk manusia paling Agung dalam sejarah peradapam islam. Assalamualaikum Ya Rosulullah….! Allahumma Solli Ala Muhammad…! Abu Hurairah sempat mengatakan kepada Nabi Saw;’’ Ya Rosulullah, sesungguh tentram jiwaku dan sejuknya mataku, ketika menatap raut wajahmu…!
Abdul Adzim Irsad