Skip to main content

Birrul Walidain: Kunci Kesuksesan Finansial dan Intelektual

Celaka sekali…Celaka Sekali….Celaka Sekali…bagi orang yang mendapati kedua orangtuanya yang sudah renta, atau salah satunya, tetapi tidak mendapatkan surga (HR Muslim).

Di dalam keterangan lain, Nabi Saw pernah menyampaikan: ’’surga itu di bawah telapak kaki ibu’’. Siapa yang ingin mendapatkan surga (kebahagiaan dan keberhasilan), hendaknya berbakti kepada kedua orangtua. Jika dianalogikan dalam kajian lingusitik, surga yang di maksud dalam hadis di atas bisa berarti surga sesungguhnya (hakiki). Atau surga dunia yang berarti kebahagiaan, kedamaian, ketentraman, serta kesejahteraan. Artinya, kebahagiaan di dunia dapat diperoleh dengan mudah, yang kemudian berlangsung  di ahirat.

Terkait dengan kedudukan orangtua di sisi Allah Swt, al-Qur’an banyak menginformasikan seputar balasan orang yang berbuat baik kepada kedua orangtua. Dan juga larangan dan ancaman terhadap anak yang bersikap tidak sopan (menyakiti) orangtua. Baik dalam bentuk ucapan, prilaku , atau dalam pelayanan. Ketika seorang anak dengan sengaja menelantarkan ayah ibunya, atau terang-terangan menyakiti, tuhan-pun  langsung menjawabnya. Tidak aneh, jika Nabi Saw kemudian mengatakan dalam keterangan:’’ Ridho Allah Swt itu terletak pada ridho-Nya, dan murka Allah Swt terletak pada murka-Nya.

Pernyataan Nabi sangat ber-alasan, mengingat orangtua adalah orang yang paling berjasa yang tidak mungkin tergantikan oleh siapapun. Jadi, menyakiti orangtua sama dengan menyakiti Allah Swt. Menyenangkan hati orangtua, sama dengan menyenangkan Allah Swt. Pada bulan Ramadhan, ketika Nabi Saw naik mimbar, tiba-tiba beliau Saw mengucapkan ‘’Amin’’ tiga kali. Setelah rampung berkhutbah, seorang sahabat menghampiri dan menanyakan, maksud ‘’Amin’’ padahal tidak ada seorang-pun yang berdo’a waktu itu. Ahirnya, Nabi Saw menjawab kalau wakatu itu Jibril berdo’a. Salah satu do’anya ialah:’’celaka sekali…celaka sekali…celaka sekali bagi orang yang memiliki kedua orangtua yang sudah renta, tetapi tidak mendapatkan  surga (HR Muslim). Hadis ini merupakan bentuk sindiran bagi anak yang memiliki orangtua, tetapi hidupnya penuh derita. Barangkali, pelayanan terhadap kedua orangtua kurang, atau menelantarkan, bahkan terlalu sering menyakiti. Dengan begitu, setiap langkah kaki, selalu mendapatkan kesulitan dan rintangan.

Bahkan, tidak sedikit orang yang cerdas, tetapi hidupnya ketere-tere (mengenaskan). Ternyata, selama hidupnya paling sering menyakiti kedua orangtua, dan tidak pernah membahagiakan. Orang tua, khususnya Ibu, walaupun disakiti, tidak pernah mendo’akan negative. Justru do’anya selalu positif. Tapi, dalam hukum fisika, aksi negative yang dilakukan anak, secara otomatis akan melahirkan murka Allah Swt. Sampai-sampai, Al-Qur’an menjelaskan:’’jangan sekali-kali mengatakan kepada kedua oranua ‘’Uf’…!Sudah seharusnya, pada bulan suci Ramahdan itu, meminta restu kepada orangtua setiap akan melangkah. Dengan begitu, Allah Swt juga akan meridhoi setiap langkah kaki menuju keberhasilan financial dan intelektual.

Dalam beberapa penjelasan hadis, Nabi Saw berulang-ulang menyebutkan ‘’Al-Jannah’’ yang berarti surga. Sangat jelas sekali, bahwa orang yang berbakti kepada kedua orangtua akan mendapatkan balasan surga (kebahagiaan).  Sebaliknya, orang yang sering melukai kedua orangtua, baik dalam bentuk ucapan, prilaku, sikap, akan mendapatkan neraka atau kesulitan dan penderitaan dalam hidupnya . Beruntung sekali, bagi setiap anak yang masih memiliki kedua orangtua, dan mau berbuat baik kepada keduanya. Sesungguhnya, menatap kedua wajah orantua dengan penuh kasih sayang sama dengan meraih ridho-Nya. Hajikanlah kedua orangtua, jika sudah cukup mampu. Jangan sampai anak berkali-kali haji dan umrah, sementara kedua orantuanya belum pernah menginjakkan kali ketanah suci dan berziarah Nabi Saw. Aneh, jika anaknya hidup mewah serba wah…, sementara ibunya di titipkan ke panti jompo, dengan alasan sibuk dengan pekerjaan. Kelak, anak-anak kita akan memperlakukan kita sebagaimana kita memperlakukan orangtua. Ini pasti terjadi, dan tidak mungkin terbantahkan.

Tulisan ini menjelaskan betapa pentingya memperhatikan kedua orangtua, agar semua aktifitas mendapatkan ridho-Nya. Sekaligus ajakan kepada semua, agar kita maksimal di dalam membahagiakan kedua orangtua. Beberapa keberhasilan yang bisa diraih dengan mudah karena berbakti kepada orangtua, seperti; keberhasilan ekonomi, dakwah, akademis, politik, dan intelektual. Semua itu tidak lepas dari do’a kedua orangtua. Bisa jadi, ketika menjadi mahasiswa, atau masih sekolah tidak menonjol prestasinya, bahkan dibawah standar, namun do’a orangtua setiap malam mengantarkan kesuksesan intelektual dan financial.

Miracale  of Birrul Walidain begitu dasyat dan nyata. Banyak orang sukses dalam dunia akademis, rahasianya ternyata setiap akan berangkat belajar selalu meminta restu kedua orangtunya. Bahkan, selama belajar mencari sendiri, tanpa merepoti kedua orangtunya. Bahkan, sering mendapat beasiswa, sehingga bisa memberikan nafkah kepada kedua orangtua. Tidak lain, rahasisa kesuksesan di dalam meraih gelar Master dan Doktornya, berkah dari berbakti pada kedua orangtua.

Ada juga yang kaya raya, bahagia dengan istri jelita dengan anak-anak yang sholeh. Ternyata, rahasianya adalah berbakti kepada kedua orangtua. Ia lebih mementingkan keperluaan kedua orangtua, dari pada mementingkan dirinya, bahkan anaknya sendiri. Dia rela menunda menunaikan ibadah haji dan berziarah kepada Rosulullah Saw di kota Madinah, karena kedua orangtua belum. Ia baru berani menginjakkan kakinya ketanah suci, setelah berhasil menghajikan kedua orangtuanya.

Istilah yang sering saya gunakan” sejauh mana kita memperhatikan dan membahagiakan kedua orangtua, sejauh itu pula Allah Swt memperhatikan dan membahagiakan kita’’. Anda ingin berhasil ekonomi, kucinya ada pada kedua orangtua. Anda ingin sukses meraih derajat, pangkat tinggi, kuncinya ada pada do’a orangtua. Dan, anda ingin berhasil dalam urusan intelektual-pun, peranan do’a seorang ibu akan turut menyertainya. Semoga Allah Swt memberikan kekuatan dan kesabaran, agar kita bisa maksimal di dalam menunaikan kewajiban sebagai seorang anak kepada kedua orangtua, dengan tujuan meraih ridho-Nya.

Abd. Adzim Irsad

Leave a Reply