Rumah ini (ka’bah) dengan kenangan-kenangannya, dan negeri yang aman ini (mekkah), dengan peninggalan-peninggalannya, membuat seorang mukmin mengingat sejarahnya yang panjang dan mengingat pendahulu-pendahulu mereka yang melewati jalan ini, mengingat perjalanan dakwah yang abadi, dan mengingat panji tauhid, sejak dari Nabi Nuh a.s sampai Nabi Muhammad SAW kemudian para da’i yang jujur yang membawa panji ini. Dengan demikian, orang yang bertauhid bertaut dengan gelombang iman yang panjang yang akarnya tertancap didalam sejarah.
Perjalanan tauhid dan dakwah kepada baitullah adalah selama perjalanan kemanusiaan. Seseorang, dengan mendatangi baitullah, seolah-olah memastikan perjalanan yang panjang, dalam, kuat, dan diberkahi, “Katakanlah, inilah jalanku (agamaku) aku dan orang-orang yang mengikuti aku, mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha suci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik” (QS. Yusuf: 108)
Jadi hikmah lain yang dapat dipetik dari ibadah haji adalah untuk dapat menghayati perjalanan hidup perjuangan para Nabi dan Rasul Allah khusus nya Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Nabi Muhammad, juga nabi adam a.s, kita akan menapak tilas perjalanan para Rasul terdahulu terutama saat berziarah ke tempat-tempat bersejarah. Hasilnya kita akan tambah kuat iman dan mental ketika menghadapi persoalan ditanah air. Kita bisa mengahayati secara langsung cobaan yang menimpa para Rasul terdahulu sehingga cobaan yang kita alami terasa belum seberapa. Disitulah gunanya kita melihat langsung tempat-tempat bersejarah dan menghayati perjuangan mereka, hal ini merupakan perwujudan kebersamaan hidup dan melatih hidup berta’awun (tolong-menolong).