Allah telah menjanjikan kepada mereka yang beriman dan beramal saleh antara kamu, bahwa Ia akan menjadikan mereka khalifah di muka bumi, sebagaimana Ia telah menjadikan khalifah orang-orang sebelum mereka; Bahwa Ia akan mengokohkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka; Dan bahwa Ia akan mengubah (keadaan mereka), sesudah mereka hidup ketakutan, menjadi (keadaan) yang aman dan damai.” Mereka hanya akan menyembah Aku, tiada mereka persekutukan sesuatu dengan Daku.” Dan barangsiapa yang (tetap) ingkar sesudah itu, merekalah orang pembangkang.”
QS An-Nuur (Cahaya) 24:55
Evaluasi pada saat wuquf adalah pergerakan memori yang mundur ke masa lampau, dan membandingkan antara idealisme fitrah dengan pola pikir serta perilaku masa lalu. Saat wuquf itulah kita akan mengetahui kesenjangan masa lalu yang telah terjadi. Hati seketika akan memberi sinyal apabila telah terjadi kesenjangan itu, berupa rasa bersalah, malu, ragu atau pun sesal. Penyesalan berarti tanda kembali kepada Allah Yang Maha Mengetahui.
Setelah melakukan evaluasi, introspeksi serta memohon ampunan kepada Allah saat wuquf, langkah selanjutnya adalah visualisasi. Apabila evaluasi digambarkan sebagai langkah mundur ke belakang dan memohon ampunan, visualisasi adalah aktivitas pikiran bergerak maju ke depan. Visualisasi dilakukan setelah kita melakukan evaluasi sehingga visualisasi dibangun berlandaskan pada hati yang telah “dibersihkan”—dibangun di atas landasan fitrah kokoh —saat wuquf di Arafah.
Selanjutnya, visualisasi yang berpijak pada prinsip thawaf, akan membangun suatu visi yang hanya berpusat kepada Allah Yang Maha Esa—dilambangkan dengan Ka’bah. Ka’bah sebagai simbol “pusat orbit thawaf’” akan memudahkan manusia dalam menvisualisasikan prinsip tauhid Ibrahim AS. Saat thawaf, rancangan mental tentang prinsip tauhid diwujudkan dalam bentuk aplikasi langsung, yang kelak berguna sebagai peta kehidupan dan penunjuk arah di masa depan.
Kemudian, visualisasi yang dilandasi oleh sa’i akan membangun wawasan yang berlandaskan sikap mental serta fisik yang tangguh. Sikap mental yang pantang menyerah, dan sikap mental yang pantang berputus-asa. Wawasan ini, memberikan pemahaman menyeluruh.
Oleh : Rasyid Taufik, Trainer ESQ Berlisensi DR. H.C Ary Ginanjar Agustian